Jumat, 25 November 2011

Asam basah

                                                              BAB I
                                            PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahakeadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada dimilieu interior.                                                                                                         
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh





                                          BAB II
                                            PEMBAHASAN
A.      Pengertian asam basa                                                                                      
Lewis mendefinisikan:   
Asam adalah senyawa kimia yang bertindak sebagai penerima pasangan elektron. Basa adalah senyawa kimia yang bertindak sebagai pemberi pasangan elektron.
Definisi asam-basa menurut Usanovich
Definisi ini merupakan perkembangan dari definisi asam Lewis dan ditambah reaksi redoks. Asam adalah senyawa kimia yang bereaksi dengan basa, membentuk kation atau menerima elektron. Basa adalah senyawa kimia yang bereaksi dengan asam, membentuk anion atau elektron.
B.      Sumber  Asam  Basa
1. Protein
Protein berasal dari akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti yang paling utama adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838.
         Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi translasi yang dilakukan ribosom. Sampai tahap ini, protein masih "mentah", hanya tersusun dari asam amino proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi, terbentuklah protein yang memiliki fungsi penuh secara biologi.
         2. Karbohidrat
Karbohidrat berasal dari kata hidrat dan karbon hidrat atau sakarida (dari bahasa Yunani σάκχαρον, sákcharon, berarti "gula") adalah segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat.
Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun demikian, terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida danpolisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian duaKeseimbangan Cairan, Elektrolit Asam dan Basa
C.  Faktor – Faktor  Yang Mempengaruhi Kondisi Asam Basa Dalam Tubuh
v  pH dibawah 7,0 adalah asam
v  pH 7,0 adalah netral
v  pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
v   pH dibawah 7,0 adalah asam.
v  Satuan derajat keasaman pH ;
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.  Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
*        Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.                     
*        Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat. Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).
*      Pernafasan, pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.

Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya.

Satuan derajat keasaman pH ;

Ø  pH 7,0 adalah netral
Ø   pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
Ø  pH dibawah 7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki ph antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah.
Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
1.      Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga ph bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan.
2.      Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).
3.      Pernafasan,   pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
D. Gangguan keseimbangan asam basa.                                                      
1. Asidosis Respiratorik
© Definisi
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
© Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
µ  Emfisema
µ  Bronkitis kronis
µ  Pneumonia berat
µ  Edema pulmoner
µ  Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
2.  Asidosis Metabolik
©  Definisi
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan   cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma. 
©  Penyebab :
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
©      Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.
Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etileglikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
©      Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I.
   Jika   diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.
Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
©      Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal.
Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR) atau rhenal tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Penyebab utama dari asidosis metabolik:
©      Gagal ginjal
©      Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
©      Ketoasidosis diabetikum
©      Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
©      Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
©      Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostom
3.       Alkalosis Respiratorik                                                                                        
©  Definisi ;
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjad rendah. 

©  Penyebab :
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
µ  Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
µ  rasa nyeri
µ  sirosis hati
µ  kadar oksigen darah yang rendah
µ  demam
µ  overdosis aspirin.
©  Pengobatan :
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri. Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
4. Alkalosis Metabolik
©  Defenisi :
 Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
µ  Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut). Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
E. Pengkajian Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit Asam Basa,  Riwayat Kesehatan,Pemeriksaan Fisik, Dan Laboratorium.
µ  Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.                                               Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam:
1)        Eksternal fluid exchange merupakan pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan
2)        Internal fluid exchange yaitu pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
µ  Kebutuhan Asam Basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan dara vena 7,35. Jika pH <7,35 dikatakan asidosi, dan jika pH darah >7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh.
Ada Empat  Sistem Dapar :                                                                                                            
1)             Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
2)             Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
3)             Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat
4)             Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut.
µ  Riwayat Kesehatan
Awali dengan kecurigaan klinis yang tinggi .
1)   Teliti riwayat klinis dari perjalanan penyakit yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan asam basa.Ini membutuhkan pengetahuan tentang patogensis dari berbagai gangguan asam basa. Contohnya, asidosis respiratorik mungkin dapat diperkirakan timbul pada penderita penyakit paru obstruksi menahun.
2)   Perhatikan tanda dan gejala klinis yang mengarah kepada gangguan asam basa.
Sayang sekali, banyak tanda dan gejala dari gangguan asam basa tidak jelas dan non spesifik.
Contoh, pernafasan kussmaul pada pasien diabetes dapat merupakan tanda kompensasi pernafasan terhadap asidosis metabolik.
3)   Periksa hasil pemeriksaan laboratorium untuk elektrolit dan data lainnya yang mengarah kepada proses penyakit yang berkaitan dengan gangguan asam basa.
Contoh,
hipokalemia sering berkaitan dengan alkalosis metabolik.
Contoh, peningkatan kadar kreatinin serum menunjukkan insufesiensi ginjal dan insufesiensi serta gagal ginjal sering disertai asidosis metabolik.
4)   Kemungkinan berhubungan dengan ;
*      kehilangan cairan secara berlebihan.
*      Berkeringat secara berlebihan.
*      Pengunaan diuretik.
*      Pendarahan
*      Malnutrisi

µ Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada;
©      Integumen ; Keadaan turgor kulit,edema,kelelahan,kelemahan otot,tetani,dan sensasi rasa.
©      Kardiovaskular ; Distensi vena jugularis,tekanan darah,hemoglobin,dan bunyi jantung.
©      Mata ; cekung,air mata kering
©      Neurologi ; Refleks,gangguan motorik dan sensorik,tingkat kesadaran.
©      Gastrointestinal ; keadaan mukosa mulut,mulut dan lidah,muntah-muntah,dan bising usus.
µ Pemeriksaan laboratorium
Pemerriksaan elektrolit,darah lengkap,pH,berat jenis urin,dan analisis gas darah. 
 BAB III.  ASKEP
1. Merumuskan Askep; Menyusun Rencana Keperawatan, Melaksanakan Rencana Keperawatan, Dan Evaluasi Rencana Keperawatan
µ  Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Aktual/resiko devisit volume cairan
Definisi ; Kondisi dimana pasien mengalami resiko kekurangan cairan pada
ekstraseluler dan vascular.
*      Kemungkinan berhubungan dengan ;
Kehilangan cairan secara berlebihan
Ø  Berkeringat secara berlebihan
Ø  Menurunnya intake oral
Ø  Pengunaan diuretik
Ø  Pendarahan
*      Kemungkinan data  yang ditemukan ;
Ø  Hipotensi
Ø  Takhikardi
Ø  Pucat
Ø  Kelemahan
Ø  Konsentrasi urin pekat.
*      Kondisi klinis kemungki8nan  terjadi pada ;
Ø  Penyakit addison
Ø  Koma
Ø  Ketoasidosis pada diabetik
Ø  Anoreksa nervosa
Ø  Pendarahan gastrointestinal
Ø  Muntah,diare
Ø  Intake cairan tidak adekuat
Ø  ADIS
Ø  Pendarahan
Ø  Ulcer kolon
*      Tujuan yang diharapkan
Ø  Mempertahankan kebutuhan cairan
Ø  Menunjukan adanya keseimbagan cairan seperti output urine adekuat,tekanan darah stabil, membran mukosa.
Ø  Mulut lembab,turgor kulit baik.
Ø  Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.
INTERVENSI
Rasional

v  Ukur dan catat setiap 4 jam ;
©  Intake dan output cairan
©  warna muntahan,urine dan feses
©  Monitor turgor kulit
©  Tanda vital
©  Monitor I V infuse
©  CVP
©  Elektolit,BUN,hematoktrit,dan hemoglobin.
©  Status mental
©  berat badan
v  Berikan makanan dan cairan 

v  Berikan pengobatan seperti antidiare                                         menurunkan pergerakan usus dan antimuntah
v   Berikan dukungan verbal dalam pemberian cairan.
v  Berian dukungan verbal dalam pemberian cairan
v  Ubah posisi pasien setiap 4 jam
v  Berikan pendidikan kesehatan
tentang:
©  Tanda dan gejala  dehidrasi
©  Intake dan output cairan
©  Terapi
                                        



v  Menentukan kehilanga dan kebutuhan cairan
v  Memenuhi kebutuhan makanan dan minuman
v  Menurunkan pergerakan usus dan muntah

v  Meningkatkan konsumsi yang lebih
v  Meningkan nafsu makan

v  Meningkan sirkulasi
v  Meningkatkan informasi dan kerja sama.

                                                                       
µ  Evaluasi
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya, tujuannya adalah untuk mempengaruhi sejauh mana tujuan perawatan dapat dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikann.

*      Langka-langka evaluasi ;
Ø  Daftar tujuan-tujuan pasien
Ø  Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
Ø  Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
Ø  Diskusikan dengan pasien,apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak  kesalahannya,dicari jalan kuluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi .
*   Volume cairan berlebihan
 Definisi ; Kondisi dimana terjadi peningkatan retensi dan edema
Kemungkinan berhubungan dengan ;
Ø  Retensi garam dan air.
Ø  Efek dari pengobatan.
Ø  Malnutrisi
 Kemungkinan data yang ditemukan ;
Ø  Orthopnea.
Ø  Oliguria.
Ø  Edema.
Ø  Distensi vena jugularis.
Ø  Hipertensi.
Ø  Distres pernafasan.
Ø  Anasarka.
Ø  Edema paru.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada ;
Ø  Obesitas.
Ø  Hipothiroidism.
Ø  Pengobatan dengan kortikosteroid.
Ø  Imobilisasi yang lama.
Ø  Gagal ginjal.
Ø  Sirosis hepatis.
Ø  Kanker.
Ø  Toxemia.
Tujuan yang diharapkan ;
Ø  Mempertahankan keseimbangan intake dan output cairan.
Ø  Menurunkan kelebihan cairan

                    INTERVENSI
               RASIONAL
v  Ukur dan monitor
© Intake dan output cairan, berat
badan,tensi,CVP, distensi vena,jugularis,dan bunyi paru.
v  Monitor rontgen paru
v  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan, obat, efek pengobatan
v  Hati – hati dalam pemberian cairan
v  Pada pasien yang dedrest ;
© Ubah posisi setiap 2 jam
© Latihan pasif dan aktif
v  Pada kulit yang edema berikan losion,hindari penekanan yang terus menerus
v  Berikan pengatahuan kesehatan tentang:
© Intake dan output cairan
© Edema,berat badan
© pengobatan

v  Dasar  pengkajian kardiovaskuler dan respon terhadap penyakit


v  Mengetahui adanya edema paru
v  Kerja sama disiplin ilmu dalam perawatan

v  Mengurangi kelebihan cairan
v  Mengurangi edema



v  Mengurangi kerusakan kulit




v  Pasien dan keluarga mengatahui dan kooperatif



                                                                    






µ  Evaluasi
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya,tijuannya adalah perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperwatan yang diberikan.
Langka-langka evaluasi ;
Ø  Daftar tujuan pasien.
Ø  Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
Ø  Bandingkan antara antara tujuan dengan kemampuan pasien
Ø  Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
Jika tujuan tidak tercapai,maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluarnya,kemudian catat apa yang ditemukan,serta apakah perlu dilakukan perubahan intervens














                                                   BAB IV
                                  PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan.
Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.

                                         DAFTAR PUSTAKA
Cotto, S. and R. Ranuh (2003). “Abdominal migraine and cyclical vomiting.” Dignan, F., D. N. K. Symon, et al. (2003). “The prognosis of cyclical vomiting syndrome.” Arch Dis Child 84 : 55-57.Seminars in Pediatric Surgery 12 : 254-258.
 Goulet., Kleinman.et al. Ontario, BC. Decker Inc. 1 : 203-209.
 http// choleed.wordpress.com/2008/17/asam basa
Judith, M. S. (2004). Vomiting. Pediatric Gastrointestinal Disease
Musrifatul Uliyah dan  A.Aziz Alimut Hidayat. Keterampilan Dasar Prakik Klinik Kebidanan. Selemba Medika,2006
Murray, K. F. and D. L. Christie (1998). “Vomiting.” Pediatric 19 : 337-341.
Goulet., Kleinman.et al. Ontario, BC. Decker Inc. 1 : 203-209.
 
http// choleed.wordpress.com/2008/17/asam basa
                                    




Tidak ada komentar:

Posting Komentar